Jumat, 06 Juli 2012

Si Meong (Cerpen Abal)


Hari ini sangat menyenangkan, meski udara panas sangat menyengat, matahari seakan-akan ingin menunjukan kekuasaannya sebagai pusat alam semesta. panaaas sekali! tetapi aku gembira karena siang itu ayahku pulang dan membelikan aku seekor kucing.
Kucing Putih belang coklat, imut sekali, aku memberi nama si Meong. Meong baru berusia 1.5 bulan. Mungkin karena iba melihat wajah si meong yang memang kelihatan sedih dan tak berdosa, atau karena ingat anakknya yang terlalu imut sehingga ingin memberi kejutan buat anak tercinta dirumah? Hehehe.. aku tidak tahu, yang jelas aku sangat senang sekali, sekarang aku punya teman, si meong. si meong aku beri kalung tali yang ada lonceng kecilnya, jadi kalau berlari, pasti ada bunyinya, hehe.
Meski masih kecil, meong aktif sekali, berlari kesana kemari, melompat, berguling, dan meong suka sekali bermanja-manja kepadaku. Setiap hari aku memberi minum susu dan memberi makan nasi dengan lauk ikan asin atau kadang serpihan telur, soalnya kalau aku memberi makan sebutir telur, ibu pasti akan marah dan  mengomel karena harga telur mahal..he.. he.. he..
Seusai mandi, aku duduk di teras depan, sepi rumahku karena ayah, ibu dan adikku pergi ke tempat nenek, aku memang sengaja tidak mau ikut karena capek seusai membersihkan kamar seharian.
Menjelang maghrib, aku menyalakan lampu, menutup pintu , kemudian duduk di depan TV sembari melihat acara kesukaanku. Karena asyik menonton TV, aku lupa akan si meong.
Samar samar aku mendengar suara lonceng kecil dari kalung si  meong dari arah dapur, kupanggil si meong supaya mendekat, akan tetapi tidak juga meong mendekat, akhirnya dengan agak malas, aku berjalan menuju dapur untuk melihat dan menggendong si meong, aku ingin agar meong duduk di sebelahku sembari melihat acara kesukaanku.
Tiba-tiba lampu padam. 'Bagus sekali. Klop Sudah.' begitu batinku sembari menggerutu.
Kakiku yang semula berjalan kearah dapur, harus belok sebentar ke ruang tengah untuk mengambil lilin dan korek.
Ketika aku berusaha menyalakan korek, klinting.. klinting dan si meong sudah berdiri disebelahku sembari bergelayut manja ke kakiku.. hehehe.. aku jadi geli. dengan agak meraba-raba, aku berjongkok dan mengelus elus bulu si meong.. mungkin dia takut gelap juga seperti aku.
Kuelus si meong beberapa kali, kemudian aku berdiri lagi untuk menyalakan korek, aha. akhirnya korek menyala dan kunyalakan lilin segera.
Jadi lumayan terang sekarang, tapi dimana si meong? ah..pasti dia ke dapur lagi untuk berburu tikus. memang akhir-akhir ini kata ibuku, banyak tikus kecil di dapur karena memang ada lubang di tembok atas rumah yang menyambung menjadi satu dengan tembok tetangga belakang.
Tiba-tiba, lampu menyala, Alhamdullilah, aku senang sekali, segera aku matikan lilin dan langsung berlari kecil ke depan TV, takut kalau acara Kesukaanku selesai.
Belum lama aku duduk, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan yang lumayan keras, dengan perasaan jengkel karena acara nonton TV terganggu lagi, aku melihat dari kaca jendela sebelum membuka pintu.
Oh ternyata mbak sari, tetanggaku. kenapa dia terlihat panik?
"Iya mbak Sari, ada apa ya? kok kelihatan bingung?" kataku sembari membuka pintu.
"Dik.. maaf sebelumnya… si meong… si meong…" kata Mbak Sari dengan terbata-bata.
"Iya ..meong kenapa mbak?" Ulangku bingung.
"Barusan tante Tuti kerumahku, dan beliau bercerita kalau tadi sore, ketika pulang kerja, beliau menabrak kucing, kucing itu berlari sambil mengejar tikus melintas jalan, dan kalau dilihat dari ciri-cirinya, kok mirip si meong kucingmu, karena penasaran aku aku bersama tante Tuti menuju tempat kucing itu tertabrak. dan memang benar itu si Meong " kata mbak sari sambil terengah-engah karena terlalu cepat bercerita.
Aku tertawa. "Tidak mungkin mbak, tadi meong di dapur kok, tadi aku habis bermain dengannya saat lampu baru saja mati,".
Mbak sari terheran dan langsung menarik tanganku untuk melihat kucing yang tertabrak, yang memang sengaja dibiarkan tante Tuti dulu karena menunggu suaminya pulang untuk mengambil kucing itu dan menguburnya besok.
Aku menutup pintu dan menguncinya, bersama mbak sari, aku ke tempat dimana kucing itu tergeletak. dari jarak 1 meter kearah kucing tergeletak, hatiku berdegup kencang, karena dari sosoknya memang mirip sekali dengan meong.
Tak ayal lagi, aku semakin gugup, karena begitu mendekat, Ya, itu memang si Meong  yang sudah terbujur kaku dengan kalung lonceng di lehernya. Lalu? Tadi siapa atau Apa yang  bergelayut dikakiku? 


- Afriella

Tidak ada komentar:

Posting Komentar