Hari ini sangat menyenangkan, meski udara panas sangat
menyengat, matahari seakan-akan ingin menunjukan kekuasaannya sebagai pusat
alam semesta. panaaas sekali! tetapi aku gembira karena siang itu ayahku pulang
dan membelikan aku seekor kucing.
Kucing Putih belang coklat, imut sekali, aku memberi nama si
Meong. Meong baru berusia 1.5 bulan. Mungkin karena iba melihat wajah si meong
yang memang kelihatan sedih dan tak berdosa, atau karena ingat anakknya yang
terlalu imut sehingga ingin memberi kejutan buat anak tercinta dirumah? Hehehe..
aku tidak tahu, yang jelas aku sangat senang sekali, sekarang aku punya teman,
si meong. si meong aku beri kalung tali yang ada lonceng kecilnya, jadi kalau
berlari, pasti ada bunyinya, hehe.
Meski masih kecil, meong aktif sekali, berlari kesana
kemari, melompat, berguling, dan meong suka sekali bermanja-manja kepadaku.
Setiap hari aku memberi minum susu dan memberi makan nasi dengan lauk ikan asin
atau kadang serpihan telur, soalnya kalau aku memberi makan sebutir telur, ibu
pasti akan marah dan mengomel karena
harga telur mahal..he.. he.. he..
Seusai mandi, aku duduk di teras depan, sepi rumahku karena
ayah, ibu dan adikku pergi ke tempat nenek, aku memang sengaja tidak mau ikut
karena capek seusai membersihkan kamar seharian.
Menjelang maghrib, aku menyalakan lampu, menutup pintu ,
kemudian duduk di depan TV sembari melihat acara kesukaanku. Karena asyik
menonton TV, aku lupa akan si meong.
Samar samar aku mendengar suara lonceng kecil dari kalung si
meong dari arah dapur, kupanggil si
meong supaya mendekat, akan tetapi tidak juga meong mendekat, akhirnya dengan
agak malas, aku berjalan menuju dapur untuk melihat dan menggendong si meong,
aku ingin agar meong duduk di sebelahku sembari melihat acara kesukaanku.
Tiba-tiba lampu padam. 'Bagus sekali. Klop Sudah.' begitu
batinku sembari menggerutu.
Kakiku yang semula berjalan kearah dapur, harus belok
sebentar ke ruang tengah untuk mengambil lilin dan korek.
Ketika aku berusaha menyalakan korek, klinting.. klinting
dan si meong sudah berdiri disebelahku sembari bergelayut manja ke kakiku.. hehehe..
aku jadi geli. dengan agak meraba-raba, aku berjongkok dan mengelus elus bulu
si meong.. mungkin dia takut gelap juga seperti aku.
Kuelus si meong beberapa kali, kemudian aku berdiri lagi
untuk menyalakan korek, aha. akhirnya korek menyala dan kunyalakan lilin segera.
Jadi lumayan terang sekarang, tapi dimana si meong? ah..pasti
dia ke dapur lagi untuk berburu tikus. memang akhir-akhir ini kata ibuku,
banyak tikus kecil di dapur karena memang ada lubang di tembok atas rumah yang menyambung
menjadi satu dengan tembok tetangga belakang.
Tiba-tiba, lampu menyala, Alhamdullilah, aku senang sekali,
segera aku matikan lilin dan langsung berlari kecil ke depan TV, takut kalau
acara Kesukaanku selesai.
Belum lama aku duduk, tiba-tiba terdengar suara ketukan
pintu depan yang lumayan keras, dengan perasaan jengkel karena acara nonton TV
terganggu lagi, aku melihat dari kaca jendela sebelum membuka pintu.
Oh ternyata mbak sari, tetanggaku. kenapa dia terlihat panik?
"Iya mbak Sari, ada apa ya? kok kelihatan bingung?"
kataku sembari membuka pintu.
"Dik.. maaf sebelumnya… si meong… si meong…" kata
Mbak Sari dengan terbata-bata.
"Iya ..meong kenapa mbak?" Ulangku bingung.
"Barusan tante Tuti kerumahku, dan beliau bercerita
kalau tadi sore, ketika pulang kerja, beliau menabrak kucing, kucing itu
berlari sambil mengejar tikus melintas jalan, dan kalau dilihat dari ciri-cirinya,
kok mirip si meong kucingmu, karena penasaran aku aku bersama tante Tuti menuju
tempat kucing itu tertabrak. dan memang benar itu si Meong " kata mbak
sari sambil terengah-engah karena terlalu cepat bercerita.
Aku tertawa. "Tidak mungkin mbak, tadi meong di dapur
kok, tadi aku habis bermain dengannya saat lampu baru saja mati,".
Mbak sari terheran dan langsung menarik tanganku untuk
melihat kucing yang tertabrak, yang memang sengaja dibiarkan tante Tuti dulu
karena menunggu suaminya pulang untuk mengambil kucing itu dan menguburnya
besok.
Aku menutup pintu dan menguncinya, bersama mbak sari, aku ke
tempat dimana kucing itu tergeletak. dari jarak 1 meter kearah kucing tergeletak,
hatiku berdegup kencang, karena dari sosoknya memang mirip sekali dengan meong.
Tak ayal lagi, aku semakin gugup, karena begitu
mendekat, Ya, itu memang si Meong yang
sudah terbujur kaku dengan kalung lonceng di lehernya. Lalu? Tadi siapa atau
Apa yang bergelayut dikakiku? - Afriella