***
Fasya.
Gadis umur 12 tahun itu duduk di pinggir jendela. Menatap langit penuh bintang
seraya mendengarkan music yang mengalun pelan lewat radio kecilnya. Kepalanya
bersandar. Ia memikirkan sahabatnya dulu, Desti. Sudah lama Fasya tak bertemu
dengannya.
Setelah Desti pindah sekolah saat
kelas 4, Fasya menjadi pendiam. Ia merindukan sahabatnya. Saat-saat mereka
bermain, memancing, dan mengerjakan PR Bersama, masih diingat betul oleh Fasya.
Ia tidak bisa mengubungi Desti. Ia pindah ke Amerika karena Ibunya ada urusan
pekerjaan yang diharuskan pindah ke Amerika.
Fasya tersenyum kecil mengingat saat
mereka bolos sekolah karena ada bazaar besar di tengah kota. Mereka akhirnya
ketahuan oleh seorang orang tua murid teman sekelas mereka.
Sebentar lagi, Desti pulang. Desti
berjanji, saat kenaikan SMP, Ia akan berpulang ke Indonesia. Karena tugas
Ibunya sudah pasti selesai. Mereka akan bersekolah di SMP Negeri 2 Jakarta.
Sekolah negeri Favorit yang cocok untuk Fasya dan Desti. Mereka pintar.
"Fasya, Sayang. Makan malam
dulu!" Teriak Mama dari bawah. Aku mendengarnya dan berjalan pelan
kebawah. Santai dan tidak terburu-buru. Dibawah, Sudah ada Mama, Papa, dan
Fesya, adik Fasya.
"Lah, Kak Feza belum
pulang?" Tanya Fasya cemberut. Fesya hanya mengangguk sambil melahap
makanannya.
"Dia ada tugas yang harus
dikerjakan bersama-sama dirumah Boni, Temannya," Terang Mama lembut. Fasya
hanya tercengang.
"Boni?" Ulang Fasya sekali
lagi.
"Iya, kenapa? Fasya kenal?"
Tanya Mama penasaran.
"Enggak," Jawab Fasya.
"Cuma.. Pernah denger aja sih, Ma,".
"Pasti-lah pernah denger kak. Dia
tuh lulusan sekolah kita. Katanya dia tuh terkenal banget. Baik plus Pintar."
Jelas Fesya blak-blakkan. Sedikit terbata karena Si Boni itu bersekolah di SMP
Negeri 2.
"Aduh, anak mama satu ini hafal
banget asal-usul si Boni itu. Ada apa Fesya?" Tanya Mama penuh selidik,
tapi bercanda.
"Ah, Come on Mom! Dia kan
terkenal. Cewek-Cewek kelas 5B Sekarang aja pada mimpi tentang dia. Haha,"
Canda Fesya sambil berdiri.
"Kalo kak Feza belum pulang, aku
enggak mau makan," Kata Fasya kekanak-kanakkan.
"Fasya jangan gitu dong. Kak Feza
janji bakal pulang jam 7 Nanti. Paling 15 menit lagi," Sekarang, Papa
angkat bicara. Nadanya agak tinggi karena kesal. Sikap Fesya selalu saja
begini.
"Ya udah tunggu 15 menit lagi
aja!" Ujar Fasya santai sambil duduk di sofa ruang keluarga. Papa dan Mama
hanya menggelengkan kepala.
"Sebaiknya Kak Fasya bersiap
untuk besok." Saran Fesya tenang. Justru aku yang kaget. Aku baru saja
ingat.
"Adu du duhh.. Aku lupa! Besok
kan sudah masuk SMP!" Papar Fasya panik. Fesya hanya diam. Sikapnya polos
dan tenang sekali. Dewasa.
"Kak, Jangan heboh begitu,"
Kata Fesya sambil memegang tangan Fasya.
"Aduuhh, Fesya perhatian
sekali," Puji Fasya sambil tersenyum hambar.
"Bukan begitu," Fesya
melanjutkan, "Soalnya, suara TVnya enggak kedengeran kak,".
Gubrak.
"Udahlah, aku siap-siap dulu
aja," Kata Fasya sambil beranjak Malas.
"Ingat aja, besok Kak Desti
balik. Pasti semangat dan gak sabar besok," Ujar Fesya sambil berlalu. Aku
bergidik.
"Fesya benar benar misterius.
Bisa tau pikiran dan kejadian yang aku alami sendiri. Jangan-Jangan, dia
penyihir?" Gumam Fasya sambil berlari keatas.
***
"Oke, Apa yang kita punya
disini?" Gumam Fasya pada diri sendiri sambil mengambil Tas Abu-Abu dari
sebelah meja.
"Kalau Alat tulis udah ada, Baju
lengkap, uang juga udah, apa yang kurang?" Tanya Fasya pada diri sendiri.
"Enggak ada, Cukup itu aja buat
anak SMP Kayak kamu, Fas," Suara sesorang mengagetkan Fasya. Ia melihat kearah
pintu dengan cepat.
"Kak Fezaaaaaaaa!" Teriak
Fasya sambil memeluk Kak Feza. Kak Feza tersenyum kecil, lalu tertawa.
"Kamu kangen sama aku ya, Fas?
Ahahaha," Tanya Kak Faza menahan tawanya.
"Kalo iya, kenapa kak?
Hheehhe," Tawa Fasya geli sambil menatap kakaknya. "Kakak jauh
berbeda sekarang,".
"Tambah ganteng kan?
Hahahahahahaha,".
"Gak Ganteng, menurutku malah
tambah jelek kak," Ejek Fasya polos tak berdosa sama sekali.
"Eung, Fas. Makan yuk. Perut
kakak udah nangis," Canda Kak Faza lagi. Fasya hanya mengiyakan sambil
tertawa.
Sambil berjalan, mereka bercerita.
Kata Kak Feza, Mereka membuat rancangan denah rumah untuk tugas SBK. Ia
sekelompok dengan Boni, Roy, dan tentu saja Sahabat baiknya, Steven. Mereka
berkali-kali salah membuat denah, dan selalu merobek kertasnya. Fasya berpikir,
untuk apa menceritakannya, karena itu sama sekali tidak penting untuk
diketahui. Tapi dia menurut saja. Respon-nya hanya tersenyum manis sambil
membenarkan poni-nya.
Di ruang makan, Papa masih terduduk.
Mama mencuci piring.
"Wah, Makanannya bener-bener
istimewa," Kata Kak Feza pelan.
"Siapa dulu yang
bikiiiinnn," Kata Fasya PD.
"Kamu yang bikin Fas?"
"Bukan. Tapi Mama. Maksudnya, Aku
Bikin Makanannya abis! Hehehe," Canda Fasya lucu.
***
Jam beker Fasya berbunyi tepat pada
pukul 05.00. Fasya merenggangkan badannya pelan. Lalu menguap, dan mengusap
mata.
Fasya
ingat hari ini, ia harus sekolah. Tapi ia malas. Ia kembali menarik selimut.
Sampai ia kaget, seseorang memanggilnya.
"Bangun, Pemalas," Seru Kak
Kak Feza keras. Fasya menutup telinga.
"Hari pertama kau SMP, Nak!"
Teriak Kak Feza lagi seolah ia seorang guru. Fasya menyerah. Ia bangun dengan
mata tertutup.
"Desti pulang hari ini kan?"
Tanya Kak Feza tiba-tiba. Fasya tersentak. Matanya membulat. Badannya langsung
segar seketika.
* TO BE CONTINUED *
Maaf nggantung ._.v Terpaksa (?) =A=
Jelek yah? Iyaaaaaaaahh~! Huahahahahahaha! Emangnya aku Author PRO Apa, kamu suruh suruh buat cerita bagus?! #SiapaYangNyuruhMbakBon?
Comment oke *peace
Tidak ada komentar:
Posting Komentar