I'm back :* Capcuuuss
***
"Desti.." Fasya
bergumam sebentar. Lalu berlari ke kamar mandi. Kak Feza hanya tersenyum
melihatnya.
Fasya mandi secepatnya, Tetapi bersih. Lalu Sarapan dengan
lahap dan bersemangat. Mama yang melihatnya heran. Fasya yang biasanya Malas
dan tidak terburu-buru, sekarang berubah 180 Derajat. Fasya hanya tersenyum
saat ditanya.
"Fasya, sabar. Ini masih jam enam lebih lima!"
Ujar Papa melihat Fasya yang menarik-narik tangannya. Ingin cepat-cepat
berangkat kesekolah.
"Pa! Aku ini anak baru disana nanti! Apa kata yang
lain, kalau anak baru terlambat? Biasanya, saat memasuki Tahun Ajaran baru, kan
harus menyesuaikan diri dulu disekolahnya! Aduh Pa, ayolah. Papa gak ngerti
remaja ya? Gimana kalau masuknya lebih pagi dari biasanya? Gimana kalau aku
dimarahin?" Omel Fasya mengada-ada. Papa hanya menggeleng-geleng.
"Eung, Pa. Berangkat sekarang saja ya? Aku ada latihan
basket dan harus berangkat lebih pagi." Kata Kak Feza sambil menatap wajah
Fasya. Papa menghela nafas. Lalu mengangguk.
"Aku ikut sekalian ya? Kan satu sekolah! Ribet nanti
kalau bolak-balik," Kata Fasya beralasan. Papa hanya mengangguk.
Fasya menggandeng tangan Kak Feza. Mereka berjalan kearah
mobil Papa didepan. Udara pagi ini masik sejuk. Angin masih berhembus agak
kencang. Karena kedinginan, Fasya dan Kak Feza cepat-cepat masuk ke mobil.
Di perjalanan, Lagu mengalun pelan. Kak Feza bercerita
tentang SMP Negeri 2. Disana terdapat banyak sekali Ekstrakulikuler. Mulai dari
Basket sampai Drum. Fasya berniat mengikuti Sepak Bola karena ia sangat
menyukainya.
"Nah, Kita sampai." Kata Ayah seraya tersenyum.
Aku dan Kak Feza membalasnya.
Kami turun. Aku terpana melihat sekolah itu. Besar sekali.
Warnya Cokelat Tua dan Cokelat Muda. Lapangannya yang luas menambah kesan
damai. Sekolah itu ada di Jalan Budi Utomo, Jakarta.
"Fas, Ayo masuk," Kak Feza menggandeng tangan
Fasya. Fasya mengiyakan.
Didalam masih sepi. Hanya ada beberapa anak bermain basket.
Kak Feza berpesan, "Fas, Kelasmu di 7B. Itu ada di sebelah 7A Pojok sana.
Nah, jaga dirimu baik-baik. Kakak mau latihan basket dulu oke? Bye," Kak
Feza bergabung bersama teman-temannya.
Fasya memandang sekolah itu sekali lagi. Lalu melihat Kak Feza
yang bermain. Fasya tersenyum kecil. Rambutnya berkibas diterpa angin.
Ia berlari kekelasnya. Pintunya terbuka. Didalam, hanya ada
4 anak yang menyebar. Fasya berpikir, apakah mereka juga anak baru? Kenapa
mereka berpencar seperti itu?
Fasya juga memutuskan untuk memisahkan diri dari yang lain.
Ia meletakkan tasnya di kursi paling depan dan paling pojok. Ia malihat seorang
anak perempuan yang terduduk di kursi belakang. Fasya terdiam.
Lalu melihat seorang laki-laki yang sedang membersihkan kelas.
Fasya bertekad menyapanya. Tetapi Ia tidak berani. Laki-laki itu melihat Fasya,
lalu tersenyum. Rambut hitam kecokelatannya terlihat berkilau. Fasya kaget. Ia pikir,
Ia tak akan dapat sambutan hangat seperti itu.
Fasya membalas dengan senyum manisnya, Seraya melambai-lambai.
Laki-laki itu tersenyum lagi, lalu kembali membersihkan kelas.
Fasya terdiam. Ia mendekati laki-laki itu. Tentu saja,
Laki-laki itu kaget melihat Fasya mendekatinya. Fasya menyapanya.
"Hai," Kata Fasya pendek.
"Ahaha, Iya, Hai," Balas laki-laki itu tertawa.
"Kenalin ya, Aku Fasya. Anak baru." Fasya
mengulurkan tangannya. Laki-laki itu menyalami Fasya.
"Demian. Anak lama. Hehehe," Laki-laki
itu--Demian--memperkenalkan diri dengan sopan.
"Salam kenal ya, Demian," Kata Fasya tersenyum
hangat.
"Kamu teman pertamaku disini," Lanjut Fasya
sambil membenarkan poninya.
"Enggak masalah. Nah, kamu isi buku absen itu ya.
Setiap pagi, murid-murid harus mengisinya." Perintah Demian seraya
menunjuk buku tebal warna biru tua yang berada di meja guru. Sebauh Bolpoin
sudah bertengger di sebelahnya.
"Eung, Oke." Kata Fasya berjalan kearah buku itu.
Ia mencari namanya. Lalu menchecklist di sebelah namanya.
Ia mencari nama Desti. Desti.. Desti.. Ini dia! Desti
sekelas dengan Fasya. Fasya senang sekali. Desti Verania Fransiska. Terpapang
jelas nama Desti disana. Fasya masih ingat betul nama lengkap Desti.
"Udah Fas?" Tanya Demian menghampiri Fasya. Fasya
mengangguk.
Beberapa anak datang. Enam perempuan yang feminism masuk.
Sepertinya, mereka bersahabat. Perempuan paling depan melihat Demian, lalu
tersenyum. Lalu melihat Fasya, raut wajahnya berubah. Kesal tepatnya.
"Demian, Itu siapa?" Tanya perempaun itu angkuh.
"Fasya." Jawab Demian pendek. Malas bertanggapan
dengan perempuan itu.
"Anak baru ya?" Tanya perempaun itu lagi.
Memandang Fasya dari bawah keatas.
"Kamu kan bisa lihat sendiri, Amel," Kata Demian
berlalu.
"Jangan macam-macam disini. Apalagi macam-macam sama
aku. Dasar anak kecil," Kata perempuan itu--Amel--sok.
"Oh ya? Buktinya kamu lebih kecil daripada aku,"
Sahut Fasya jengkel. Ia memang lebih tinggi daripada Amel.
"Terserah masalah tinggi badan! Yang penting aku lebih
dewasa daripada kamu, Fasya," Bentak Amel sambil menekankan suaranya di
kata-kata 'Fasya'.
Fasya mengangkat alis tidak mengerti.
* TO BE CONTINUED *
Akhirnyaaaa~ Hoammhhh -O-
Aku yakin ini lebih jelek
daripada yang sebelumnya ._. Maafin aku readers! #EmangAdaYangBaca?
Have Fun and Comment ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar