Sabtu, 05 Mei 2012

Teenage Dream (Part 2 By : Afriella)


I'm back :* Capcuuuss
***
"Desti.." Fasya bergumam sebentar. Lalu berlari ke kamar mandi. Kak Feza hanya tersenyum melihatnya.
          Fasya mandi secepatnya, Tetapi bersih. Lalu Sarapan dengan lahap dan bersemangat. Mama yang melihatnya heran. Fasya yang biasanya Malas dan tidak terburu-buru, sekarang berubah 180 Derajat. Fasya hanya tersenyum saat ditanya.
          "Fasya, sabar. Ini masih jam enam lebih lima!" Ujar Papa melihat Fasya yang menarik-narik tangannya. Ingin cepat-cepat berangkat kesekolah.
          "Pa! Aku ini anak baru disana nanti! Apa kata yang lain, kalau anak baru terlambat? Biasanya, saat memasuki Tahun Ajaran baru, kan harus menyesuaikan diri dulu disekolahnya! Aduh Pa, ayolah. Papa gak ngerti remaja ya? Gimana kalau masuknya lebih pagi dari biasanya? Gimana kalau aku dimarahin?" Omel Fasya mengada-ada. Papa hanya menggeleng-geleng.
          "Eung, Pa. Berangkat sekarang saja ya? Aku ada latihan basket dan harus berangkat lebih pagi." Kata Kak Feza sambil menatap wajah Fasya. Papa menghela nafas. Lalu mengangguk.
          "Aku ikut sekalian ya? Kan satu sekolah! Ribet nanti kalau bolak-balik," Kata Fasya beralasan. Papa hanya mengangguk.
          Fasya menggandeng tangan Kak Feza. Mereka berjalan kearah mobil Papa didepan. Udara pagi ini masik sejuk. Angin masih berhembus agak kencang. Karena kedinginan, Fasya dan Kak Feza cepat-cepat masuk ke mobil.
          Di perjalanan, Lagu mengalun pelan. Kak Feza bercerita tentang SMP Negeri 2. Disana terdapat banyak sekali Ekstrakulikuler. Mulai dari Basket sampai Drum. Fasya berniat mengikuti Sepak Bola karena ia sangat menyukainya.
          "Nah, Kita sampai." Kata Ayah seraya tersenyum. Aku dan Kak Feza membalasnya.
          Kami turun. Aku terpana melihat sekolah itu. Besar sekali. Warnya Cokelat Tua dan Cokelat Muda. Lapangannya yang luas menambah kesan damai. Sekolah itu ada di Jalan Budi Utomo, Jakarta.
          "Fas, Ayo masuk," Kak Feza menggandeng tangan Fasya. Fasya mengiyakan.
          Didalam masih sepi. Hanya ada beberapa anak bermain basket. Kak Feza berpesan, "Fas, Kelasmu di 7B. Itu ada di sebelah 7A Pojok sana. Nah, jaga dirimu baik-baik. Kakak mau latihan basket dulu oke? Bye," Kak Feza bergabung bersama teman-temannya.
          Fasya memandang sekolah itu sekali lagi. Lalu melihat Kak Feza yang bermain. Fasya tersenyum kecil. Rambutnya berkibas diterpa angin.
          Ia berlari kekelasnya. Pintunya terbuka. Didalam, hanya ada 4 anak yang menyebar. Fasya berpikir, apakah mereka juga anak baru? Kenapa mereka berpencar seperti itu?
          Fasya juga memutuskan untuk memisahkan diri dari yang lain. Ia meletakkan tasnya di kursi paling depan dan paling pojok. Ia malihat seorang anak perempuan yang terduduk di kursi belakang. Fasya terdiam.
          Lalu melihat seorang laki-laki yang sedang membersihkan kelas. Fasya bertekad menyapanya. Tetapi Ia tidak berani. Laki-laki itu melihat Fasya, lalu tersenyum. Rambut hitam kecokelatannya terlihat berkilau. Fasya kaget. Ia pikir, Ia tak akan dapat sambutan hangat seperti itu.
          Fasya membalas dengan senyum manisnya, Seraya melambai-lambai. Laki-laki itu tersenyum lagi, lalu kembali membersihkan kelas.
          Fasya terdiam. Ia mendekati laki-laki itu. Tentu saja, Laki-laki itu kaget melihat Fasya mendekatinya. Fasya menyapanya.
          "Hai," Kata Fasya pendek.
          "Ahaha, Iya, Hai," Balas laki-laki itu tertawa.
          "Kenalin ya, Aku Fasya. Anak baru." Fasya mengulurkan tangannya. Laki-laki itu menyalami Fasya.
          "Demian. Anak lama. Hehehe," Laki-laki itu--Demian--memperkenalkan diri dengan sopan.
          "Salam kenal ya, Demian," Kata Fasya tersenyum hangat.
          "Kamu teman pertamaku disini," Lanjut Fasya sambil membenarkan poninya.
          "Enggak masalah. Nah, kamu isi buku absen itu ya. Setiap pagi, murid-murid harus mengisinya." Perintah Demian seraya menunjuk buku tebal warna biru tua yang berada di meja guru. Sebauh Bolpoin sudah bertengger di sebelahnya.
          "Eung, Oke." Kata Fasya berjalan kearah buku itu. Ia mencari namanya. Lalu menchecklist di sebelah namanya.
          Ia mencari nama Desti. Desti.. Desti.. Ini dia! Desti sekelas dengan Fasya. Fasya senang sekali. Desti Verania Fransiska. Terpapang jelas nama Desti disana. Fasya masih ingat betul nama lengkap Desti.
          "Udah Fas?" Tanya Demian menghampiri Fasya. Fasya mengangguk.
          Beberapa anak datang. Enam perempuan yang feminism masuk. Sepertinya, mereka bersahabat. Perempuan paling depan melihat Demian, lalu tersenyum. Lalu melihat Fasya, raut wajahnya berubah. Kesal tepatnya.
          "Demian, Itu siapa?" Tanya perempaun itu angkuh.
          "Fasya." Jawab Demian pendek. Malas bertanggapan dengan perempuan itu.
          "Anak baru ya?" Tanya perempaun itu lagi. Memandang Fasya dari bawah keatas.
          "Kamu kan bisa lihat sendiri, Amel," Kata Demian berlalu.
          "Jangan macam-macam disini. Apalagi macam-macam sama aku. Dasar anak kecil," Kata perempuan itu--Amel--sok.
          "Oh ya? Buktinya kamu lebih kecil daripada aku," Sahut Fasya jengkel. Ia memang lebih tinggi daripada Amel.
          "Terserah masalah tinggi badan! Yang penting aku lebih dewasa daripada kamu, Fasya," Bentak Amel sambil menekankan suaranya di kata-kata 'Fasya'.
          Fasya mengangkat alis tidak mengerti.

* TO BE CONTINUED *
Akhirnyaaaa~ Hoammhhh -O-
Aku yakin ini lebih jelek daripada yang sebelumnya ._. Maafin aku readers! #EmangAdaYangBaca?
Have Fun and Comment ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar